Saya menyebutnya manusia cuaca, maksud saya bukan manusia yang bisa survive di segala cuaca. Melainkan roda nasib dan pergiliran hidup manusia itu layaknya seperti pergiliran cuaca.
Sesuai dengan foto yang saya ambil, pada suatu pagi di TN.Charlie,
delta Mahakam, Kalimantan Selatan saat para nelayan berangkat melaut menjemput rizqi. Pagi yang
sangat cerah,sejuk, dan tenang. Amat sangat membawa damai dan kesyahduan bagi
siapa saja yang melihat dan merasakan suasana pagi itu.
Di foto pada postingan sebelumnya, saya menampilkan foto yang
saya ambil saat cuaca di delta Mahakam begitu tidak bersahabat. Angin kencang
diiringi hujan menambah kengerian kondisi pada saat itu. Betapa dahsyat
seandainya Sang Maha Perkasa mau mendatangkan badai besarnya untuk memberi
pelajaran bagi manusia.
Itulah yang saya maksud pergiliran cuaca, sedemikian juga
pergiliran roda kehidupan manusia. Kadang menggemberikan dan cerah seperti
kondisi pada pagi itu; begitu nyaman dan mendamaikan. Pada saat berikutnya bias
berubah begitu drastic menjadi bdai dahsyat yang menakutkan, mencekam, dan
suram.
“…Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya ada kesulitan ada kemudahan” (QS.96:6-7). Sebuah kalimat kepastian, tidak ada makna sama sekali kalau setelah kesulitan “mungkin” atau “bisa jadi” atau “seandainya” atau “dengan syarat” akan ada kemudahan. Tapi dengan jelas disebutkan di sana kepastian akan datangnya kemudahan.
Begitulah manusia cuaca bagi saya, hatinya teguh dan garang
segarang badai saat menghadapi kesusahan karena sangat yakin setelah itu akan
dating kesejukan, ketenangan, dan kedamaian pagi dalam kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar