i'm simple and very happy

Minggu, 05 Oktober 2014

Qurbankan Hatimu

Cerita ini adalah true story dari orang dekat saya. Monggo disruput....

Seorang ibu berniat menjual cincin yang baru dibelinya beberapa bulan lalu, katanya untuk beli kambing supaya bisa ikut qurban Idul Adha. Dia mengutarakan niatnya pada anaknya, lantas si anak berfikir kalau dijual di toko emas pasti rugi nanti, "biar aku aja yang beli", ujar anaknya dalam hati. 

Singkat cerita, dibelilah cincin itu oleh anaknya dengan uang hasil menjual cincin mahar si anak ditambah uang hasil jualan baju.

Idul Adha tiba, sang ibu akhirnya bisa membeli kambing dengan uang cincin yang yang telah dibeli anaknya, ditambah sedikit uang tabungan yang ada. Dan di tempat lain, si anak juga bisa membeli kambing untuk qurban dengan menggadaikan cincin yang telah dibeli dari sang ibu ditambah juga sedikit uang simpananya. 

Luar biasa, satu cincin untuk dua kambing qurban! Subhanallah, Allah maha mengatur perputaran nasib dan rizqi manusia. Saya mengambil hikmah bagaimana sebenarnya hakikat berqurban. Kalau dari pendapat ulama Indonesia yang pernah saya baca, di antaranya oleh Ustd. Mudzofar Al Jufri dan Ustdz. Ahmad Sarwat, ibadah qurban itu nilai hikmahnya adalah menyembelih hewan qurban itu sendiri,titik!. 

Nah hewan qurban tentunya tidak murah harganya, saat ini harga 1,5 juta adalah yang paling murah untuk seekor kambing. Sehingga bagi saya benang merahnya, berqurban adalah bagaimana kita memanage keikhlasan. Nilainya bagaimana kita mengurbankan sesuatu saat rezeqi kita lapang, atau bahkan saat dompet serasa sempiiit sekali hehe. Seorang teman bilang, saat sebelum Idul Adha rizqinya sedang lapang bahkan sampe bingung tabunganya buat apa (busyeet). Nah begitu hari raya Idul Adha datang entah bagaimana tabunganya jadi mepet. Nah disinilah perlu pengorbanan untuk menjadi ikhlas. Bersedekah saat duit banyak, rizqi lapang itu biasa. Bersedekah saat tabungan mepet itu baru luar biasa. Tapi ingat, asal ikhlas dan tidak riya`

Selamat menata hati kawan...