i'm simple and very happy

Selasa, 24 Desember 2013

Fikiran Celathu #1

Mas Celathu tetap ragu-ragu mempercayai. Lubuk terdalamnya belum 100% yakin. Dia tetap menduga Jedral Nagabonar nyapres, mencalonkan diri jadi presiden hanyalah sebuah olok-olok cerdas terhadap situasi politik mutakhir. Mungkin dia sedang mengejek para pensiunan jedral yang pontang-panting memburu tahta kepresidenan. Ada yang mengaku-ngaku bersahabat dengan petani, ada yang sok melarat dengan makan nasi aking, ada yang sowan ke mbah Maridjan, dan sebangsanya.

Jika dilihat dari perpekstif kejenakaan ala Nagabonar, fakta itu memang menyerupai lelucon. Sama dengan kisah lelucon di filmnya yang memang full komedi. Di sana ada cemooh, komplet dengan parodi dan ironi. Dalam film digambarkan, betapa kekuasaan itu hanyalah main-main. Dan bisa dengan gampang dipermainkan. Seseorang bisa dengan mudah tergelincir menjadi pemimpin, justru dia dikaruniai kebegoan. Tak perlu dilihat track reord alias jejak sejarahnya, Nagabonar, yang aslinya pencopet bisa dengan mudah punya derajat tinggi, sebagai jendral. Pangkat, lalu dibagi-bagikan seenak udelnya. Dan anehnya, orang-orangpun kemudian mempercayai bahwa dia memang jendral beneran.

Senin, 09 Desember 2013

Book of The Month

Dulur, semoga dari buku-buku ini ada, entah sedikit atau banyak, hikmah dan ilmu yang bisa saya share dengan kalian semua. Nantikan kehadiranya :-D

Kutipan #1
Seperti pelajar yang mau menghadapi UN, caleg yang mendekati Pemilu tingkat stresnya juga makin tinggi. Saking stresnya sampai akal sehatnya terbolak balik, rasa percaya dirinya lumat habis. Ada sebuah baliho dari caleg Gorontalo, dengan PD-nya berslogan: "Papanya Dona Agnesia". Hahahaha jangan-jangan nanti ada slogan lain: "Menantu cucunya Jendral Sudirman", "Si Polan, suaminya tetangga keluarga Bung Hatta", "Si Badu, pernah salaman dengan Kyai Mustofa Bisri", "Si Waru, temanya keponakan Bung Karno".

Oalah mboh, kalau sama dirinya sendiri saja sudah tidak percaya, lantas bagaimana rakyat mau percaya saat nitip suaranya ke dia?

Jumat, 06 Desember 2013

Latah Kebencian, Latah Serba Babi

Setelah Pekan Kondom Nasional, kini heboh obat dan vaksin mengandung bahan babi. Untuk yang kedua saya tidak sepakat kalau Menkes Dr. Nafsiah Mboi yang jadi bulan-bulanan. Saya melihat ramenya permasalahan ini di dunia maya adalah bentuk ketidakproporsionalan dalam bersikap dan cenderung membenci kepribadian Menkes. Saya lebih menilai ini latah kebencian setelah kasus PKN sebelumnya. Padahal untuk vaksin dan obat mengandung bahan babi, hukumnya sudah berubah. 

Namun demikian saya sangat menghormati rekan-rekan yang menolak obat atau vaksin babi yang tidak berlabel halal MUI. Saya yakin ini adalah bentuk kehati-hatian.

Ini referensi pegangan saya:

Mengandung Babi Atau Pernah Menjadi Babi

By : Ahmad Sarwat, Lc., MA
6 December 2013, 09:51:08
Dibaca : 225 kali | Baca Versi HP Disini
Sebagian dari teman saya banyak yang punya semangat '45 sebagai aktifis anti babi untuk semua produk. Maksudnya, mereka amat gencar mengkampanyekan (baca:mengharamkan) segala sesuatunya, lantaran produk itu menurut mereka dipastikan mengandung babi. Walaupun di dalam keterangan pada kemasan, sama sekali tidak tercantum.

Buat bangsa Indonesia, kampanye anti babi ini amat diterima dan banyak penggemarnya. Sebab babi itu selalu dikaitkan dengan benda najis yang derajatnya sampai ke tingkat mughallazhah.

Maka ketika ada isu babi yang terkandung secara tersembunyi pada suatu produk, kontan serentak mereka langsung mengeluarkan vonis : HARAM.

Dengan cara seperti ini, sebagian teman saya itu merasa sudah beramar-makruf nahi munkar, yaitu mengingatkan orang-orang untuk tidak makan babi.

Namun kalau saya baca literatur fiqih, ada sebuah istilah yang nyaris jarang diungkap, yaitu istihalah. Istihalah adalah berubahnya wujud suatu benda menjadi benda yang lain, sehingga membuat benda yang asalnya najis itu menjadi tidak najis.

Contohnya adalah khamar yang najis itu berubah menjadi tidak najis dan halal diminum, ketika berubah menjadi cuka. Bahkan Rasulullah SAW amat gemar makan dengan lauk cuka.

Contoh lainnya adalah air mani. Jumhur ulama terkecuali Asy-Syafi'iyah mengatakan bahwa air mani itu najis. Tetapi apabila air mani yang najis itu sudah menjadi janin atau bayi manusia, maka hukumnya tidak najis lagi.

Contoh ketiga adalah kulit bangkai yang hukumnya najis sebagaimana dagingnya. Tetapi jika bangkai itu dikuliti, lalu kulitnya disamak (dibagh), maka oleh Rasulullah SAW difatwakan hukumnya sudah tidak najis lagi.

Ayyuma ihabin dubigha faqad thahura (semua kulit bangkai yang telah disamak, maka hukumnya menjadi suci).

Intinya adalah suatu benda yang najis itu apabila mengalami perubahan mendasar menjadi benda yang lain, maka hukum najisnya sudah hilang alilas menjadi suci.

Daging ikan lele sebenarnya terbuat dari benda najis, sebab lele tumbuh subur di kolam yang menampung kotoran hewan bahkan kotoran manusia. Tetapi ketika semua kotoran yang najis itu sudah masuk ke perut lele dan diolah sedemikian rupa, sudah bukan benda najis lagi.

Sepanjang pengetahuan saya, belum ada satu pun ulama yang mengharamkan daging ikan lele. Padahal 100% makan kotoran, namun kotorannya sudah berubah menjadi daging lele.

Bangkai babi yang dipendam di dalam tanah, apabila sudah busuk dan berubah menjadi tanah, lalu di atas tanah itu kita tanami tanaman singkong, maka singkong yang itu tidak najis. Sebab meski dapat 'gizi' dari unsur hara tanah yang subur lantaran ada kuburan babi, namun yang kita makan bukan babi, melainkan singkong.

Kita sepakat bahwa babi itu haram, tetapi tidak mungkin kita mengharamkan singkongnya, hanya lantaran menyerap unsur dari babi. Rasanya tetap rasa singkong dan bukan rasa babi. Bagaimana mungkin singkongnya jadi haram hanya gara-gara punya masa lalu dari unsur babi?





Kamis, 05 Desember 2013

Pemikiran Aswaja (ahlussunnah wal jama'ah)

Saat Ibnu Sa'ud menguasai Arab Saudi dan Hijaz beliau mendeklarasikan paham tunggal yaitu Wahabi. Ibnu Sa'ud adalah salah satu pengagum pemikiran Syeikh Abdullah bin Abdil Wahab. Dalam salah satu asasnya, mereka menolak mengikuti ketundukan pada madzhab yang 4, dengan alasan menginginkan pemurnian Islam hanya pada Alquran dan hadist saja.

Asas inilah yang ditolak oleh KH. Hasyim Asy'ari. Beliau berpendapat dengan merujuk pada sebuah hadist dimana ummat Muhammad akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya 1 golongan yang selamat yaitu ahlussunnah wal jamaah. Dimana ahlussunnah wal jamaah yang dimaksud Nabi adalah "mereka yang mengikuti jalanku dan dan para sahabatku". Menurut KH. Hasyim, golongan ini adalah muslim yang tunduk pada sunnah Rasul, Khulfaur Rasyidin , dan menerima (taqlid) madzhab 4: Maliki, Hanafi , Syafi'i, dan Hambali.

Pandangan KH. Hasyim ini pada awalnya ditentang oleh golongan pembaharuan Islam (Islam modernis) seperti Muhammadiyah dan Syarikat Islam. Merekan menganggap taqlid kepada madzhab akan menghambat kemajuan dan pembaharuan agama, juga pembatasan atas kemerdekaan akal karena pintu ijtihad jadi tertutup.

Mengenai penentangan ini KH. Hasyim berpandangan pentingnya bermadzhab adalah saat mengikuti salah satu madzhab fiqih akan membawa manfaat dan maslahat yang tak terhitung. Sebab ajaran-ajaran Islam belum bisa dipahami tanpa dengan cara memindah Alquran dan hadist dengan cara-cara tertentu (istimbath) dan sangat hati-hati dengan berbagai displin ilmu agama. Maksudnya taqlid kepada generasi salaf, ulama yang terpercaya keilmuwanya yang mereka mendapatkan langsung dari generasi berikutnya sampai ke tabi'in, sahabat dan kanjeng Nabi Muhammad adalah keniscayaan.

Dalam hal ini pada awalnya memang taqlid buta, namun dalam kehidupan memang seyogyanya  seorang muslim harus terus menambah pengetahuan agama sehingga kapasitasnya akan meningkat menjadi taqlid umum (taqlid 'am); kokoh dengan pendapatnya sendiri namun tetap bersandar pada empat madzhab itu.


Dalam memahami ciri ahlussunnah wal jamaah itu ada hal. Pertama adalah Tawasuth, yaitu seorang muslim harus berbuat di tengah-tengah yaitu dengan cara moderat dalam memahami berbagai bidang keagamaan. Kedua Ta'adul, maksudnya adalah manusia harus menegakkan keadilan, termasuk adil terhadapa dirinya sendiri. Ketiga adalah Tawazun, yaitu seorang muslim harus menunjukkan kesinambungan dalam perbuatan mereka, selaras antara perbuatan dan perkataan. Dan yang terakhir adalah Tasamuth, yang maksudnya seorang muslim harus saling menghargai, tenggang rasa satu sama lain, termasuk dalam beda pendapat dan paham

End

Politik Kebudayaan (Budaya yang Dipolitisir?)

Tidak hanya ekonomi yang begitu erat dan mesra dengan politik, namun budaya juga tidak bisa dipisahkan dengan politik. Saat ini budaya K-Pop dianggap mengancam trendsetter pop di Eropa bangkan di Asia itu sendiri, mulai gaya rambut, fashion, pakaian, musik, bahasa, bahkan koreografi.

Untuk Indonesia sendiri, resistensi budaya pernah terjadi di masa "muda" Indonesia di pemerintahan Presiden Soekarno di era tahun 50-an sampai medio 60-an. Saat itu yang dianggap Bung Karno sebagai ancaman adalah budaya rock 'n roll yang diembuskan band asal Liverpool Inggris; The Beatles. Penyebaran budaya ini mulai menusuk Indonesia dengan lahirnya band lokal dengan aliran rock 'n roll; The Betles.

Secara terang-terangan Bung Karno tidak menyukai budaya pop ini, yang imbasnya The Beatles jadi band incaran "kebencian" Bung Karno. Kenapa Bung Karno sampai sebegitu bencinya? Karena Bung Karno menganggap aliran budaya rock 'n roll ini sebagai virus kemalasan, yang mengumbar percintaan dan masalah remeh temeh. Bahkan secara terang-terangan Bung Karno menyebut budaya yang sedang digandrungi anak muda Indonesia dari segala sisinya ini sebagai budaya ngak ngek ngok.

Budaya ini dipandang sebagai ancaman lantaran mereduksi semangat nasionalisme , kerja keras, dan perjuangan. Akhirnya kebijakan represif Bung Karno terhadap serangan budaya rock 'n roll diwujudkan dengan pelarangan beredarnya aliran musik tersebut, entah itu yang dari luar atau dari dalam negeri. Surat kabar, radio, live performance dilarang menampilkan aliran musik cengeng tersebut. Bahkan tukang cukur pun dilarang memotong model rambut poni gaya The Beatles.

Barangkali kita menganggap hal itu tindakan berlebihan Presiden Soekarno. Namun kalau ditelisik lebih jauh itu hal wajar yang dilakukan sebuah pemerintahan yang baru berusia muda. Di tengah semangat perjuangan nasionalisme mempertahankan kedaulatan, filter budaya pantas dilakukan kalau tidak ingin penjajahan masuk kembali. Saat inipun saya fikir ini masih relevan. Budaya dan sejarah adalah identitas sebuah bangsa. Turis yang melancong mengunjungi sebuah negara daya tariknya adalah wisata sejarah dan budaya. Kalau datang ke Mesir yang dicari Piramida, Spinx, atau makam Firaun. Ke Thailand tertarik dengan istana Angkorwat, ke Turky museum Hagia Sophia, ke Paris menara Eifel, ke Indonesia candi Borobudur, dll.

Jadi wajar saat Soeharta merekayasa Menikebu, ini semata karena dia tidak ingin budaya Indonesia bernafaskan komunis. Yang tidak wajar kalau gempuran budaya K-Pop dibiarkan begitu saja, begitu Reog Ponorogo dan wayang diklaim Malaysia baru kebakaran jenggot.


End