i'm simple and very happy

Sabtu, 29 November 2014

Pada Suatu Ketika...

                                   
Foto ini saya ambil di Delta Mahakam, tepatnya saat saya melintasi Rig Raissa di TN.I. Mendung tebal dan kelam saat itu memang sedang gencar-gencarnya, karena memang saat ini berhembusnya angin barat yang membawa hujan.

Saat ini saya bekerja di TOTAL E&P Indonesia, di blok Mahakam, Kutai Kertanegara, Kaltim. Foto ini pada saat saya ambil, bagi saya sekelam dan semendung nasib perpanjangan kontrak TEPI di tahun 2017, apakah tetap dipegang oleh TEPI atau diambil alih Pertamina. Semuanya masih misteri, masih tarik ulur.

Sama misterinya pada suatu ketika nanti, entah lima, sepuluh, dua puluh lima, atau bahkan lima puluh tahun lagi saat saya membuka kembali dan membaca blog ini. Bagaimana hidup saya, keluarga saya, dan teman-teman saya, dan negri Indonesia ini. Atau bahkan pada suatu ketika itu apakah saya masih sempat untuk membaca kembali postingan ini atau tidak, artinya apakah saya masih hidup atau sudah meninggal.

Itulah misteri tuhan yang membikin kita selalu tergerak adrenalinya untuk terus berbuat kebaikan, menanam kemslahatan, dan beinvestasi manfaat untuk sesama manusia. Tentunya ini anugrah dari Gusti Allah bagi mereka yang berpfikir, begitu dalam al quran.

Saya hanya berdoa kepada Gusti Allah, jika rezeki yang bisa saya nikmati saat ini bisa membawa kemanfaatan dan kemslahatan bagi banyak orang, semoga Dia mengizinkan saya tetap seperti saat ini. Jika saya tidak punya ilmu yang bisa ditebarluaskan manfaatnya bagi manusia lain, semoga gusti allah mengizinkan saya menebar kemanfaatan dengan harta yang dianugrahkan melalui rizki saya dan keluarga. Amin...



Manusia adalah Makhluk Lupa

Selain sifat unsun yang berarti jinak, dan nausun yang berarti terus bergerak, dalam kata insan juga terkandung sifat nisyan yang bermakna lupa. Maka dalam kehambaanya kepada Allah, manusia sangat perlu diingatkan. Pengingat-pengingat itu diatur sedemikian rupa oleh Tuhan sedemikian sempurna dan ciamiknya.

Ada yang ditegur dengan bisnis yang hancur, ada yang disapa dengan duka lara, ada yang disentuh dengan keluarga runtuh, ada yang dipecat karena Tuhan berkehendak supaya manusia makin mendekat, dan tuhan menginginkan manusia berlutut dengan ujian maut.

Maka bagi setiap makhluk dalam setiap jejak lapis-lapis keberkahan hidupnya, amatlah indah apa yang pernah diucapkan Ibnu Rajab Al-Hambali: "jika tak mampu berlomba dengan orang-orang salih dalam ibadahnya, saingilah para pendosa dalam istighfarnya"

#LapisLapisKeberkahan
#SalimFillah

Kamis, 06 November 2014

Imu duniawi Vs. Ilmu Agamawi


Salah satu kemunduran ilmu pengetahuaan pada abad IV hijriyah menurut telaah Al Ghazali adalah karena adanya benturan ilmu pengetahuan. Para ahli ilmu duniawi saling ejek dengan para ahli ilmu agamawi, di antaranya sebutan "budak duniawi" bagi yg tidak mendalami ilmu fiqh atau syariat. Dan sebutan "munafik" bagi yg tidak mendalami ilmu pengetahuan umum, karena dianggap menjual ilmu agama untuk kekuasaan, misalnya menjadi hakim syariat pemerintahan. 

Pandangan cerdas dikemukakan Al Ghazali. Beliau mengambil contoh ahli fiqh harus menghargai ilmu lain. Sebab urusan ibadah pun tak bisa lepas dari ilmu lain di luar ilmu fiqh. Bagi orang berpenyakit pencernaan, misalnya, dokterlah yang akan menjadi mufti apakah orang ini boleh atau tidak melaksanakan ibadah puasa. Demikian juga saat mengambil pandangan soal pakaian, di sini perlu wawasan fiqh apakah pakaian tersebuat layak bagi seorang muslim dalam menutupi aurat dan sah tidaknyanya beribadah

Menjadi Rabbani adalah mengalimkan diri, mendalami banyak hal. Atau setidaknya saat mempelajari hal yang khusus tetap menaruh perhatian dengan wawasan umum yang luas dari berbagai ilmu. Terobosan besar tidaklah muncul dari satu ilmu, tetapi merupakan titik temu dari berbagai macam pandangan ilmu.
Manusia Rabbani hendaknya juga berjuang mendalam sebagai seorang faqih, sebab ada tuntutan nyata untuk menghubungkan segala fenomena alam dan kejadian sehari-hari dengan kekuasaan Tuhan.

Source: Lapi-Lapis Keberkahan, Salim A. Fillah