i'm simple and very happy

Senin, 13 Juni 2016

Roda Gila Terorisme



Wah berat dan penuh kengerian sepertinya kalau ngomongin terorisme. Aksi yang menciptakan teror ini pada abad 20 semakin merebak. Dimana mana terutama di Eropa dan Timur Tengah tak lepas dari ancaman terorisme. Saya bukan ahli politik maupun pengamat militer, jadi kalau ngomongin terorisme anda harus siyap dengan analisa bodoh saya hehe..

Segala peristiwa pasti mempunyai akar, sebagaimana alam semesta yang maha luas ini juga mempunyau asal muasal dalam penciptaanya. Tidak mungkin fenomna itu muncul dengan sendirinya

Menurut John Perkins, seperti yang pernah dituturkanya dalam sebuah film dokumenter berjudul Four Horsemen, mengatakan bahwa akar terorisme adalah ketimpangan ekonomi. Menurut  orang yang pernah menjadi agen penghancur ekonomi itu (Economic Hitman) bahwa lahan ataupun sumber perekonomian yang telah dihancurleburkan oleh perang itu memaksa seseorang bergabung dengan organisasi teroris. Tidak ada pilihan lain baginya, karena dorongan amarah, dendam, dan tuntutan untuk menghidupi diri sendiri maupun keluarga memaksa mereka "berjuang" atas nama balas dendam. Yah meskipun yang kita lihat saat ini banyak organisasi teroris berlabel agama dan jihad, namun saya tetap melihat bahwa itu suatu kebetulan saja. Ya kebetulan karena daerah yang dihancurleburkan memang daerah berbasis agama yang kental, yaitu Timur Tengah.

Hal ini juga yang terjadi dengan perompak Somalia yang terkenal kenekatan dan keganasanya dalam membajak kapal-kapal yang melewati Teluk Aden (Gulf Aden) sebagai jalur perdangan internasional. Bukan sebuah kebetulan, tapi memang karena laut yang mereka miliki sudah habis sumber daya alam yang bisa dijadikan sebagai mata pencaharian. Habisnya sumberdaya alam itu tak lain karena aktivitas modern pencarian ikan, aktivitas pengeboran lepas pantai, ataupun karena pencemaran lingkungan.

Aktivitas ekonomi saat ini hanya dikuasai oleh segelintir elit, yang meniptakan jarak pemisah makin lebar antara yang kaya dan yang miskin. Saat sebuah negara maju menawarkan bantuan kepada negara dunia ketiga maka hal itu hanya kamuflase saja. Saya ambil contoh seperti ini, saat Amerika menggelontorkan bantuan jutaan dolar untuk pembangunan jalan tol dan perumahan untuk negara Pakistan maka kontraktor pelaksananya juga akan berujung pada elit yang dekat dengan Paman Sam. Yang kedua, pembangunan infrastruktur tersebut tidak akan bisa dinikmati oleh rakyat Pakistan. Menikmati jalan tol tentunya harus memiliki mobil, bagaimana rakyat Pakistan bisa membeli mobil sedangkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka kesulitan. Jadi dana juataan dolar tersebut sebagian besar akan masuk ke kantong para elit.

Begitulah kenyataan yang harus dhadapi saat ini, sebuah paradoks. Para elit itu bilang cinta kedamaian dan kesejahteraan namun disisi lain mereka menciptakan perang dan kemiskinan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar